Seorang perempuan muda berjilbab mini tengah mengambil bolpoin yang
jatuh di lantai. Secara mengejutkan, pakaian yang tak kalah mini dengan
jilbabnya, terangkat ke atas hingga memperlihatkan bagian tubuhnya.
Na’udzubillahi
min dzalik, jika contoh yang dilukiskan itu sudah menjadi gambar...an
dari muslimah-muslimah sekarang ini. Niatnya memang baik, menutup aurat
yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslimah. Hanya saja,
seringkali aurat yang ditutup tidak sesuai dengan apa yang seharusnya
dituntunkan oleh Islam.
Lihatlah, betapa banyak
perempuan-perempuan yang mengaku beragama Islam, mengenakan jilbab,
tetapi masih mempertontonkan bentuk lekuk tubuhnya. Salah bergerak
sedikit, bagian tubuhnya bisa kelihatan. Mininya jilbab yang dikenakan
seringkali malah membuat rambutnya yang panjang menjuntai keluar.
Kasus
lain, ketika para ibu yang menghadiri walimahan mengenakan jilbab,
namun lengan kebayanya masih transparan. Usai walimahan, biasanya mereka
menanggalkan jilbab seolah-olah jilbab hanyalah sebagai asesoris untuk
walimahan saja.
Sama halnya dengan para siswi atau mahasiswi yang
sekolah atau kuliah di sekolah atau universitas Islam yang mewajibkan
untuk mengenakan jilbab, mau tidak mau mereka harus mengenakan jilbab
ketika berada di lingkungan sekolah atau kampus. Di luar itu, mereka
dengan mudahnya tanpa beban membiarkan rambutnya tidak tertutup oleh
jilbab.
Bahkan, ada juga sebagian mengenakan jilbab hanya karena
merasa lebih cantik jika berjilbab. Rambutnya yang kurang bagus untuk
diperlihatkan, terpaksa harus ditutupi. Jilbab modis yang dikenakan bisa
mengalihkan penampilannya, hingga ia terlihat lebih mempesona dengan
berjilbab.
Sesempit inikah makna jilbab bagi para wanita
muslimah? Amat sangat disayangkan jika jilbab hanya diartikan sebagai
asesoris semata.
Kewajiban Berjilbab...
Perintah berjilbab
terdapat dalam QS An Nuur 31, “Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…”
Dari
ayat tersebut nampak jelas, bahwa setiap wanita muslimah, dalam hal ini
adalah semua wanita yang mengimani agama Islam, diwajibkan mengenakan
jilbab. Konteks jilbab disini tidak hanya menutup rambutnya saja,
melainkan menjulurkan jilbab hingga ke bagian dadanya. Sudah pasti,
jilbab yang dikenakan haruslah lebar, tidak mini dan bisa menutupi
bagian-bagian tubuh yang harus dijaga.
Pakaian yang dikenakan
pun harus lapang, tidak menonjolkan bagian tubuhnya. Sebagaimana halnya
firman Allah dalam QS Al Ahzab 59, “Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Arti
‘jilbab’ dalam ayat tersebut ialah jilbab yang sejenis baju kurung yang
lapang yang dapat menutup kepala hingga dada. Ayat tersebut juga
semakin memperjelas bahwa jilbab tak hanya digunakan untuk menutupi
kepala saja (dalam artian rambut) namun juga digunakan untuk menutupi
bagian tubuhnya, termasuk dada. Jika mengenakan jilbab yang mini dimana
umumnya jilbab diikatkan ke leher, ini berarti tidak sesuai dengan apa
yang dimaksudkan dalam ayat ini.
Lalu bagaimana dengan jilbab
modis? Umumnya, jilbab modis kebanyakan tidak sesuai dengan apa yang
dituntunkan dalam Al-Qur’an. Seringkali karena alasan modis, jilbab yang
dikenakan justru meninggalkan unsur syar’i-nya. Jilbab dibuat
sedemikian rupa sehingga bagian dada yang seharusnya tertutupi, justru
malah kelihatan.
Bukan berarti Islam melarang para wanita
muslimah untuk tampil modis. Tak ada salahnya modis, asalkan jilbab atau
pakaian yang dikenakan sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh
Allah dalam QS An Nuur 31 dan QS Al Ahzab 59.
Batasan-batasan ...
Berjilbab
tak hanya dilakukan ketika kita berada di luar rumah saja. Meskipun di
dalam rumah, jika disana terdapat orang-orang yang bukan mahrom kita,
maka wanita muslimah harus tetap mengenakan jilbabnya.
Soal
batasan-batasan siapa saja yang memperbolehkan wanita muslimah membuka
jilbabnya dijelaskan oleh Allah dalam QS An Nuur 31, “…Dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Sebagai Cermin Menjaga Hati ....
Terkadang
orang berseloroh, “Berjilbab, kok gitu sih?” Kebanyakan masyarakat awam
selalu berpikir bahwa wanita yang mengenakan jilbab diartikan sebagai
orang yang kadar imannya kuat. Tidak heran jika dalam kenyataannya masih
banyak didapati wanita-wanita berjilbab yang masih melakukan hal-hal
yang melanggar agama, termasuk berzina (nau’dzubillah).
Fakta
yang banyak terjadi di masa sekarang ini, banyak wanita yang sudah
mengenakan jilbab, namun akhlaqnya tak berbeda jauh dengan mereka yang
belum mengenakan jilbab, bahkan lebih parah dari mereka. Berjilbab, tapi
masih hobi pacaran, berdua-duaan dengan sang kekasih entah di tempat
yang sepi atau ramai. Bahkan, sudah bukan hal yang tabu lagi jika mereka
saling berciuman di tempat umum. Astaghfirullah.
Pemandangan
yang membuat kita tersayat ketika kita mendapati wanita-wanita
berjilbab, dengan tanpa bebannya membonceng di atas sepeda motor yang
ditunggangi oleh laki-laki yang bukan mahromnya. Jarak mereka begitu
dekat, bahkan terlalu mepet dengan tubuh laki-laki itu. Padahal, ia
sudah mengenakan jilbab.
Inilah yang membuat sebagian besar
wanita-wanita yang beragama Islam enggan mengenakan jilbab. Mereka
merasa belum pantas untuk menjilbabi hatinya. Mereka takut, jika mereka
berjilbab nanti, mereka tidak bisa menjaga jilbabnya. Mereka lebih
berpikir untuk tidak mengenakan jilbab karena takut tidak bisa menjaga
akhlaqnya.
Padahal menutup aurat itu hukumnya adalah wajib bagi
setiap wanita yang beriman. Siap atau tidak siap, setiap wanita muslimah
diharuskan menutup auratnya. Jika merasa belum pantas menjilbabi hati,
justru dengan jilbablah, kita bisa menjadikannya sebagai cermin untuk
menata diri.
Karena jilbab merupakan identitas kita sebagai
seorang muslimah, sebagai hamba-Nya yang taat, tentu wanita akan selalu
menjaga jilbab, jangan sampai jilbab yang mereka kenakan justru malah
menimbulkan fitnah. Nantinya, jilbab ini akan membawa mereka pada
perubahan sikap, tingkah laku serta perbuatan mereka sehari-hari ke jalan
yang diridloi-Nya.
Yah, jilbab sebagai alat untuk menjaga hati,
bukan menjaga hati terlebih dulu, kemudian baru mengenakan jilbab.
Karena menutup aurat hukumnya adalah wajib, maka dengan mengenakan
jilbab sekaligus menjilbabi hati adalah hal yang harus wanita lakukan
sebagai seorang muslimah.